Ad Code

Responsive Advertisement

MENINGKATKAN AKTIFITAS BERTANYA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA KULIAH PENGELOLAAN DAS MAHASISWA PRODI GEOGRAFI STKIP PGRI SUMATERA BARAT


MENINGKATKAN AKTIFITAS BERTANYA MELALUI METODE
DISKUSI PADA MATA KULIAH PENGELOLAAN DAS MAHASISWA PRODI
GEOGRAFI STKIP PGRI SUMATERA BARAT
Loli Setriani, M.Pd
Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat Progam Studi Pendidikan Geografi


Abstract

This research begin with the low of students’ questioning activity. The fact shows that the average of the students participated  are 3 to 4 only (10% from 40 students totally). Besides, the students’ questions did not show the good quality of those questions. The purpose of this research is to improve the students’ questioning activities through Discussion Method at DAS management subject at Geography Department of STKIP PGRI West Sumatera. This research deals with Classroom Action Research (CAR). CAR is the proccess of learning improvement. This research reveals that by using discussion method can improve students’ questioning activities at DAS management subject at Geography Department at STKIP PGRI West Sumatera. In cycle I, only 49% students participated by raising their hands. While in cycle II it improved to be 64%. Next, in cycle I, only 27% students who delivered questions. While in cycle II, it improved to be 43 %. Then,  in cycle I, only 29% students who responded other students’ questions. While in cycle II, it improved to be 42 %. Eventually,  in cycle I only 22% students whose qualified questions. While in cycle II, it improved to be 42 %. From the data above, it can concluded that the successfull of action indicators ≥ 40% have already fulfilled the procedure of Classroom Action Research.

Kata Kunci : Meningkatkan Aktivitas Bertanya, Metode Diskusi




PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kunci utama dalam mengembangkan sumberdaya manusia. Pendidikan sebagai pondasi mengembangkan sumberdaya manusia memerlukan pembaharuan-pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Pendidikan mempunyai tugas untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia secara optimal dan utuh sehingga dapat memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi manusia bersangkutan, bangsa, dan Negara. Demikian pula dengan mahasiswa upaya menggali dan mengembangkan potensi kemampuan mahasiswa secara optimal, merupakan tanggung jawab orang tua (keluarga), sekolah dan masyarakat.
Dosen memegang peranan penting dalam upaya menggali, mengembangkan potensi mahasiswa dalam perkuliahan. Dosen seharusnya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membahagiakan sesuai dengan UU RI No. 20 tahun 2003, Pasal 40 butir 2 yaitu: Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: 
1.      Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
2.      Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.  
Metode secara bahasa dapat diartikkan dengan “cara, teknik, atau Prosedur”. Wina Sanjaya (2006:147) menyatakan bahwa “dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Wiyanto (2000:1) menyatakan bahwa “kata diskusi berasal dari bahasa latin discussion, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa,memperbincangkan, membahas. Dalam bahasa Inggris dipakai kata discussion yang berarti: perundingan atau pembicaraan.
“Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar- menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah” (Hasibuan dan Moedjiono, 2006:20). Menurut M. Firdaus Zarkasi (2009:77). Menyatakan diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih. Biasanya komunikasi antara mereka atau kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Wekarnis dan Hamadi (2003:68) menjelaskan metode diskusi adalah komunikasi atau dialog dengan lingkungannya antara satu kelompok lainnya yang membahas suatu masalah. Dalam kegiatan ini kegiatan pembelajaran ini diskusi sering dilakukan melalui kelompok belajar yang anggotanya terdiri antara tiga orang atau sampai lima orang atau lebih.
Manfaat diskusi adalah tentang pemikiran bersama yang mempunyai kemampuan kreatif, dalam artian realitas, Dengan demikian, ketika orang mengetahui bahwa gagasan, ide, dan pendapatnya sejalan dengan orang lain dalam kelompok tersebut maka dapat tercipta dan terbukalah kemungkinan untuk bertindak dengan dua dorongan yang lebih kuat, berkat kerjasama dan keyakinan bersama dapat dipecahkan dengan daya tekad berkat kerjasama seluruh kelompok ( Bulatau, 2007: 6).

Di dalam pelaksanaan berdiskusi pada mahasiswa harus menguasai materi, sehingga mampu dan terampil dalam melaksanakan diskusi. Metode berdiskusi tidak hanya diperoleh begitu saja, tetapi harus dipelajari dan dilatih. Keterampilan berdiskusi yang baik dapat dimiliki dengan mengasah serta melatih seluruh potensi yang ada. Melalui pembelajaran diskusi siswa diharapkan mampu menyampaikan gagasan, ide dan pikiran kepada guru, teman serta orang lain. Selain itu berdiskusi juga mampu merangsang daya kritis, kreatif, inovatif, berani, dan lancar mengungkapkan pendapat, tanggapan, maupun gagasan.
Pada kenyataannya keterampilan berdiskusi mahasiswa pada umumnya masih rendah, terlihat mahasiswa cenderung masih malu dan tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide, pikiran, bantahan, persetujuan maupun pendapatnya di forum diskusi, selain itu kurang adanya kerjasama kegiatan diskusi hanya menjadi milik mahasiswa-mahasiswa yang aktif dan tidak semua mahasiswa secara merata dapat mengungkapkan pendapatnya. Mahasiswa yang biasa berbicara dengan orang lain belum tentu terampil berdiskusi, karena keterampilan berdiskusi tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki seseorang, keterampilan berdiskusi yang baik dapat dimiliki dengan jalan mengasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada. Karena kurang aktifnya mahasiswa dalam berdiskusi maka diperlukan banyak latihan untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi, misalnya dengan cara berlatih dan berpraktik melalui forum kecil, latihan dan praktik melalui forum kecil ini dapat dilaksanakan di mana saja, seperti dengan teman-teman saat bermain, di keluarga, dan yang paling efektif pada saat pelajaran berlangsung.
Dosen melakukan pembelajaran dengan cara berdiskusi, sehingga melatih mahasiswa untuk aktif dalam bertanya dan membiasakan mahasiswa untuk berbicara yang pada akhirnya dapat meningkatakan kemampuan berbicara dan berdiskusi mahasiswa. Metode berdiskusi akan berhasil dan meningkatkan aktivitas bertanya.

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar, sebagai rasionalitasnya hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan, (Sadirman, 2011:96).
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir. (Hasibuan dan Moedjiono, 2006:62).
Menurut Hamalik (2003:73) teknik bertanya ini untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas jawaban siswa, disamping guru harus memperhatikan tiga faktor teknik bertanya yakni:
(1)         Teknik menunggu (memberi waktu cukup untuk berfikir)
Berikan waktu sejenak satu sampai lima detik kepada siswa untuk berfikir dalam rangka untuk menentukan jawabannya, memberikan waktu untuk memberikan kesempatan berfikir pada siswa karena hal itu ada efek positifnya misalnya:
a.       Siswa dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lengkap.
b.      Jawaban siswa lebih analisis dan kreatif
c.       Siswa merasa lebih yakin akan jawabanya.
d.      Partisipasi siswa meningkat.
(2)  Teknik reinforcement

Pemakaian yang tepat dari teknik ini akan menimbulkan sikap yang positif bagi siswa serta meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar tinggi.
(3) Teknik menuntun dan menggali (prompting and probling)
Prompting dan probling questions dapat digunakan teknik untuk meningkatkkan kuantitas dan kualitas jawaban siswa. Probling guestions adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban yang lebih lanjut dari siswa yang bermaksud mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta lebih beralasan.

Bertanya juga merupakan proses belajar, proses menambah pengetahuan dan keterampilan tertentu serta dapat mempercepat seseorang mencapai tujuan belajarnya. Sebetulnya mengajukan pertanyaan tidak susah, asal si penanya memiliki modal pemahaman atas permasalahan yang akan ditanyakan bukan harus mengerti isunya. Dalam kepemimpinan diri maupun perusahaan, kemampuan bertanya adalah kemampuan vital yang wajib dimiliki. Setiap ilmuwan dan orang-orang besar selalu mengawali kedahsyatan mereka dengan pertanyaan yang tepat. Dan memang, orang sukses memiliki pertanyaan yang lebih berkualitas dari kebanyakan orang. Skill dalam mengajukan pertanyaan berkualitas menjadi sama pentingnya dengan skill dalam memberikan jawaban yang tepat.
Berangkat dari pengalaman peneliti dalam mengajar mata kuliah Pengelolaan DAS di Prodi Geografi ditemukan beberapa kecenderungan, dimana kemampuan  mahasiswa dalam bertanya masih rendah yaitu, pertama, Rata-rata mahasiswa yang bertanya atau menjawab hanya sekitar 3 sampai 4 orang mahasiswa saja (10% dari 40 orang mahasiswa). Mahasiswa yang mengajukan pertanyaan tersebut adalah mahasiswa yang sama, sementara sebagian besar mahasiswa yang lain kurang berpartisipasi dalam kegiatan belajar.
kedua, peneliti temukan lagi di lokal adalah mahasiswa yang bertanya tersebut, pertanyaannya itu kurang berbobot atau berkualiatas yang penting dalam diri mahasiswa itu dia ikut berbicara atau bertanya. Mahasiswa yang bertanya tersebut tidak memikirkan apakah pertanyaannya itu berkualitas. Misalkan, mahasiswa  bertanya sering menggunakan kata-kata apakah tetapi jarang sekali menggunakan kata-kata bagaimana.
Ketiga, Mahasiswa menggunakan buku sumber seadanya sehingga bahan makalah untuk diskusi kurang lengkap atau kurang menguasai bahan diskusi. Sehingga mahasiswa yang belum menguasai materi atau bahan diskusi, itu terlihat ketika mahasiswa menjawab pertanyaan masih melihat konsep yang mereka cari dari buku , sehingga bahasa yang mereka sampaikan masih sama dengan bahasa yang ada pada buku dan pertanyaan yang di sampaikan mahasiswa juga kurang berkualitas. Jadi dengan kurang berpartisipasinya mahasiswa dalam kegiatan belajar  dan kurangnya mahasiswa dalam bertanya akan mengakibat mhaasiswa kurang terlatih untuk berfikir.
Pada penelitian ini peneliti mencoba mencari alternatif pemecahannya dengan menerapkan metode yang banyak melibatkan aktivitas mahasiswa yaitu dengan menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Peneliti berharap dengan menggunakan metode diskusi ini akan meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam belajar karena adanya unsur kerjasama dalam memecahkan masalah yang ada sehingga mahasiswa terbiasa berpikir dan saling mengeluarkan pendapat, sehingga akan meningkatkan aktivitas bertanya dalam proses belajar mengajar.
Sesuai dengan latar belakang di atas maka judul dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan Aktifitas Bertanya Melalui Metode Diskusi pada Mata Kuliah Pengelolaan DAS Mahasiswa Prodi Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research). Penelitian tindakan ini dilakukan dengan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis Stepahan dan Mc Taggart dalam Suharsini (2008:16). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Rencana (Planning), (2) Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection).
Subjek penelitian mahasiswa 2011 STKIP PGRI Sumatera Barat dengan jumlah mahasiswa 40 orang yang terdiri 14 mahasiswa laki-laki dan 22 mahasiswa perempuan. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, pencatatan dilapangan dan dokumentasi. Pada penelitian ini direncanakan hanya dalam 2 siklus saja. Siklus pertama terdiri dari tiga kali pertemuan dan siklus ke dua terdiri dari tiga kali pertemuan.
Untuk mengukur hasil dari tindakan yang diberikan digunakan instrumen berupa Lembaran observasi. Lembaran observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan dalam aktivitas bertanya selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan kegiatan dalam aktivitas bertanya yang dilakukan adalah : (a) Mahasiswa yang menunjuk tangan, (b) mahasiswa yang mengemukakan pertanyaan, (c) menanggapi pendapat mahasiswa lain, dan (d) pertanyaan mahasiswa yang berkualitas.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan formula persentase (%) dengan rumus yang digunakan Arikunto (1993)
Ket:    P          = Angka persentase
F          = Jumlah Frekwensi
N         = Jumlah Mahasiswa
Indikator dari aktivitas bertanya mahasiswa tersebut berdasarkan kriteria penilaian yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1989:54), yaitu:
81 – 100%        = sangat baik
61 – 80%          =  baik
40 – 60%          =  cukup
21 – 40%          =  kurang
0 – 20%            =  kurang sekali
Penelitian tindakan kelas ini dilihat apabila persentase setiap indikator dari aktivitas bertanya keberhasilannya adalah >  40 %. Jika keterlibatan mahasiswa pada setiap indikator ynag di ukur lebih dari 40% tindakan dianggap berhasil, jika keterlibatan mahasiswa tepat 40% tindakan perlu di konfirmasikan dengan dosen sejawat (kolaborator) dan jika keterlibatan kecil dari 40% tindakan perlu dilanjutkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Aktivitas bertanya melalui metode diskusi pada mata kuliah Pengelolaan DAS mahasiswa Prodi Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat. Yang dilaksanakan pada semester genap. Pelaksanaan tindakan dibagi atas dua siklus yakni tanggal 25 Februari sampai 1 April 2014. Data setiap siklus dipaparkan terpisah dari siklus yang lainnya agar terlihat persamaan, perbedaan perubahan atau perkembangan alur siklus tersebut.
Penerapan metode diskusi sangat membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah Pengelolaan DAS agar mahasiswa lebih untuk  meningkatkan aktivitas bertanya dalam pembelajaran sehingga dapat berdayaguna efektif dan efisien baik untuk dosen dalam menyampaikan materi maupun bagi mahasiswa menerima materi.
Pada indikator mahasiswa yang menunjuk tangan pada siklus I 49% dan siklus
Peningkatan yang cukup signifikan juga terjadi pada indikator lainnya dan hasilnya cukup memuaskan. Hasil partisipasi belajar mahasiswa yang memuaskan tersebut dapat dilihat dari rata-rata persentase indikator mahasiswa yang mengemukakan pertanyaan, siklus I rata-rata persentasenya 27 % dan siklus II 43 %. Dilihat dari angka tersebut terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 16%. Peningkatan ini terjadi karena rasa keingintahuan mahasiswa tentang materi yang di bahas dalam diskusi.
Pada indikator mahasiswa yang menanggapi pendapat mahasiswa lain pada siklus I 29% dan siklus II 42%. Dari penjabaran diatas, terjadi peningkatan yaitu 13%. Peningkatan ini terjadi karena mahasiswa telah di tugasi untuk mencari beberapa buku sumber dan meringkasnya atau buat makalah serta memahami isinya sehingga mereka lebih kritis menanggapi jawaban dari mahasiswa lain.
Indikator mahasiswa yang pertanyaannya berkualitas juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I rata-rata persentasenya 22% dan pada siklus II 42%. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 20%. Peningkatan ini terjadi karena mahasiswa telah mempunyai beberapa buku sumber, dengan itu mahasiswa mempunyai banyak bahan atau materi yang akan di tanyakan dan memahami atau paham dengan materi yang akan di tanyakan.
Sesuai dengan kegiatan tindakan yang telah dilakukan secara keseluruhan aktivitas belajar mahasiswa dalam keterampilan diskusi mengalami peningkatan. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka proses pembelajaran yang berorientasi dan memberdayakan mahasiswa serta pembelajaran yang memfungsikan dosen sebagai fasilitatornya dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan sesuai dengan prosedur metode diskusi dan prosedur penelitian ini tentunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (1989) bahwa strategi pengajaran adalah keseluruhan metode yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan guru lebih bersifat fasilitator dan pembimbing. Dengan demikian, penerapan strategi belajar dengan menggunakan metode diskusi dapat menciptakan suasana belajar yang komunikatif antara dosen-mahasiswa, mahasiswa-dosen dan mahasiswa-mahasiswa sehingga dapat mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi mahasiswa dan dapat mempermudah tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan dari hasil tindakan pada siklus kedua semua indikator penelitian ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu > 40%. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi dianggap berhasil dalam meningkatkan aktivitas bertanya mahasiswa, maka penelitian ini tidak dilanjutkan pada tindakan siklus ketiga.
SIMPULAN
Sesuai dengan analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang meningkatkan aktivitas bertanya melalui metode diskusi pada mata kuliah Pengelolaan DAS mahasiswa Prodi Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Persentase mahasiswa yang menunjuk tangan pada siklus I 49% siklus II 64%. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan yaitu 15%. Dengan demikian, angka tersebut telah menunjukan bahwa indikator keberhasilan yaitu > 40% sudah tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.  
2.      Persentase mahasiswa yang mengemukakan pertanyaan pada siklus I 27% dan siklus II 43%. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan yaitu 16%. Dengan demikian, angka tersebut telah menunjukan bahwa indikator keberhasilan yaitu  > 40% sudah tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
3.      Persentase menanggapi pendapat mahasiswa lain pada siklus I 29% dan siklus II 42%. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan yaitu 13%. Dengan demikian, angka tersebut telah menunjukan bahwa indikator keberhasilan yaitu  > 40% sudah tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
4.      Persentase pertanyaan mahasiswa yang berkualitas pada siklus I 22% dan siklus II 42%. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan yaitu 20%. Dengan demikian, angka tersebut telah menunjukan bahwa indikator keberhasilan yaitu  > 40% sudah tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disarankan :
1.       Untuk dapat lebih memupuk semangat mahasiswa untuk hadir kuliah di dalam kelas perlu adanya pemberian sanksi baik dari pihak dosen yang bersangkutan maupun dari ketua prodi sebagai pimpinan prodi.
2.      Untuk meningkatkan aktivitas bertanya mahasiswa dalam hal indikator mahasiswa yang menunjuk tangan, diperlukan peran aktif dosen dalam memberikan stimulus atau rangsangan agar mahasiswa yang belum bertanya juga ikut bertanya.
3.      Untuk meningkatkan aktivitas bertanya mahasiswa dalam hal indikator mahasiswa menunjuk tangan, dosen harus memberikan semangat dan dukungan agar mahasiswa tersebut percaya diri untuk menunjuk tangan dan guru beserta mahasiswa lainnya juga harus menghargai setiap gerak-gerik mahasiswa tersebut di dalam kelas.
4.      Untuk meningkatkan aktivitas bertanya dalam hal indikator mahasiswa yang mengemukakan pertanyaan, guru maupun mahasiswa lain harus menghargai setiap pertanyaan yang dikemukakan mahasiswa walaupun pertanyaan tersebut tidak berkualitas. Dalam hal ini diperlukan peran dosen untuk mengontrol sikap dan tingkah laku mahasiswa agar mahasiswa yang mengemukakan pertanyaan tidak merasa pesimis dan takut diejek oleh mahasiswa lain.    
5.      Untuk meningkatkan aktivitas bertanya mahasiswa dalam hal indikator menanggapi pendapat mahasiswa lain, dosen harus menugaskan mahasiswa agar lebih banyak mencari referensi buku untuk dijadikan pedoman atau acuan agar pengetahuan mahasiswa bertambah sehingga dapat berpikir kritis terhadap pendapat yang dikemukakan oleh mahasiswa lain.
6.      Untuk meningkatkan aktivitas bertanya mahasiswa dalam hal indikator pertanyaan mahasiswa yang berkualitas, dosen harus menugaskan mahasiswa agar lebih banyak mencari beberapa buku sumber sehingga pembendaharaan pengetahuan atau lebih memahami materi yang akan didiskusikan agar pertanyaan itu sesuai dengan materi dan berkualitas.
7.      Untuk meningkatkan keterampilan bertanya mahasiswa yang lebih baik disarankan kepada dosen geografi menerapkan metode diskusi tersebut dalam pembelajaran.
8.      Untuk mahasiswa yang aktivitas bertanya nya masih rendah atau belum pernah bertanya, disarankan kepada PA mahasiswa itu sendiri untuk membantu dosen mata kuliah yang mengalami kesulitan dalam menstimulus mahasiswa yang bersangkutan.
9.      Perlunya kerjasama antara dosen, PA, ketua Prodi dan pihak-pihak terkait untuk membantu mensosialisasikan metode diskusi ini dan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh dosen saat mengajar proses pembelajaran berjalan dengan baik, lancar dan agar terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi mahasiswa.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.
Bulatau, S. J. 2006. Teknik Diskusi Berkelompok. Yogyakarta: Kanisius.
M. Firdaus Zarkasi. 2009. Belajar Cepat dengan Diskusi. Surabaya: Indah
Hasibuan dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Hamalik Oemar.2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Supriyadi. 2011. Strategi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Sardiman.A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003. Tentang Tujuan Pendidikan Nasional
Wiyanto, Asul. 2000. Seri Terampil Diskusi. Jakarta: Grasindo.

Wekarnis dan Hamadi. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Werkanis 2005. Strategi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pekanbaru: Riau Persada.

Ad Code

Responsive Advertisement